Pagi tadi saya melakukan hipnoterapi kepada seorang klien sebut saja Rani (25). Rani mengalami “lumpuh” mendadak. Tangan dan kaki kirinya sulit digerakan . Hasil scanning dilakukan dokter syaraf, tidak ditemukan gangguan di syarat dan pembuluh darah di otak.
Hipnoterapi terpaksa dilakukan di rumah sakit dimana Rani dirawat. Hal ini saya lakukan mengingat Rani masih dalam perawatan dokter. Saya tidak akan menceritakan proses terapi, karena akan sangat rumit dan panjang. Namun, dengan menggunakan berbagai teknik saya menemukan akar masalah mengapa Reni mengalami lumpuh mendadak. Ternyata ada Ego Personal (EP) yang marah. EP ini marah dengan papanya yang dari kecil hingga dewasa selalu mengawasi gerak gerik Rani alias over protective.
Bahkan, untuk urusan minum vitamin dan makan siang , papanya harus mengingatkan berulang-ulang. Termasuk saat Rani berada di kantor. Tujuan papa sebenarnya baik, sebagai bentuk perhatian orang tua dengan anaknya. Apalagi Rani punya riwayat pada saat kecil sering sakit-sakitan. Perhatian papanya ini justru ditanggapi netagif oleh Rani–lebih tepatnya pikiran bawah sadar Reni-. Nah, hal ini yang membuat salah satu EP Reni nggambek dan melakukan sabotase.
Ditambah ibunya jarang memberi waktu berkualitas. Rani yang sudah bekerja dan memiliki penghasilan ingin sekali berbagi kebahagaian. Namun, saat Reni mengajak mamanya pergi jalan hanya sekedar menemani makan atau ke salon di akhir pekan, mamanya selalu menolak dengan alasan capek dan berbagai alasan lainnya.
Setelah dibantu merelease emosinya Rani mengaku sangat lega. Selain itu kaki kirinya sudah bisa digerakan. Usai terapi, orang tua Rani meminta saya melanjutkan sesi kedua. Namun, saya katakan sesi kedua dilakukan setelah keluar hasil labolaturium terkait pemeriksaan darahnya.
Sebab hipnoterapi bekerja membantu mengatasi mental, sementara masalah fisik harus diatasi secara medis. Ada dugaan dari segi medis, Rani mengalami penyakit yang diderita artis yang juga Plt. Gubernur Banten Rano Karno. Sakit yang disebabkan virus bell spaci tersebut menyebabkan orang yang menderita seperti mengalami stroke.
Sahabat yang berbahagia ada beberapa jenis orang tua. Antara lain:
1.Over Protective
Orang tua jenis ini biasanya tidak ingin anaknya terluka atau terusik oleh sesuatu atau seseorang. Orang tua akan memilihkan makanan apa yang harus dimakan, pakaian apa yang harus dikenakan serta buku apa yang harus dibaca. Celakanya, orang tua yang protektif akan terus membela anak-anak mereka sekalipun mereka nakal dan bahkan melanggar hukum.
Akibat dari pola asuh yang demikian, setelah dewasa si anak akan menjadi seorang biang kerok yang merasa “kebal hukum”. Si anak akan cenderung melakukan banyak keonaran, karena ia tahu selalu ada orang tua yang “mendukung” dan melindungi mereka.
Namun, ketika anak tidak bisa membalas (pendiam) justru anak menghukum dirinya sendiri baik secara sadar atau tidak secara sadar
2.Over Permissive
Orang tua tipe ini cenderung membolehkan anak-anaknya untuk melakukan segala sesuatu yang disukai mereka. Mereka jarang mendisiplin anak-anaknya. Mereka beranggapan dengan membiarkan anak-anaknya melakukan apa yang mereka suka, maka inisiatif si anak akan berkembang dan anak menjadi kreatif. Pendapat ini ada benarnya, tapi si orangtua lupa bahwa si anak belum punya filter dan nilai-nilai yang cukup kuat untuk membedakan mana baik dan buruk. Akibat dari pola asuh yang seperti ini si anak akan menjadi besar kepala dan cenderung egois.
3.Dry Cleaning
Orang tua jenis ini cenderung hanya berdoa bagi anak-anaknya, kemudian selebihnya diserahkan kepada “Tuhan” untuk membimbing anak-anak mereka. Alasannya, mereka sudah cukup sibuk, sehinga tidak punya waktu untuk “tinggal” berlama-lama dengan anak-anak mereka. Makanya mereka meminta Tuhan untuk menggantikan peran mereka menjaga anak-anak mereka.
Orangtua ini tidak memonitor perilaku anaknya ataupun mendukung ketertarikan mereka, karena orang tua sibuk dengan masalahnya sendiri dan cenderung meninggalkan tanggung jawab mereka sebagai orang tua .Akibat dari sikap ini anak-anak akan merasa tidak dikasih dan diperhatikan.Anak akan mengalami kekosongan emosi yang berakibat pada rendahnya self esteem (harga diri) anak.
4. Over Demanding
Orang tua jenis ini biasanya ketika masih kecil mereka banyak mengalami kekurangan dan penderitaan, sehingga sebagai kompensasi dari hal itu, mereka tidak ingin anak-anak mereka mengalami hal yang sama. Oleh sebab itu apapun yang dibutuhkan dan diingini si anak akan berusaha dipenuhi mereka. Orang tua bersedia kerja lembur demi untuk bisa memenuhi semua keinginan si anak dan akhirnya lalai memberi waktu dan perhatian pada si anak. Anak dengan pola asuh seperti ini akan cenderung manja, kurang inisiatif dan kurang punya daya juang (sebab terbiasa memperoleh sesuatu dengan mudah).
5.Rijetion
Orang tua paranoid cenderung ingin menjadi orang tua sempurna bagi anak-anaknya. Mereka tidak ingin anaknya beranggapan bahwa mereka adalah orang tua yang buruk. Mereka ingin anaknya dan masyarakat melihatnya sebagai orang tua ideal, sekalipun mereka kadang kurang berani mendisiplin anak ketika salah. Pokoknya orang tua jenis ini lebih menekankan “citra” ketimbang cinta yang benar dan mendidik. Akibat dari pola asuh seperti ini si anak akan cenderung menjadi manusia yang mencari “citra” atau reputasi yang baik ketimbang prestasi yang baik! Padahal citra atau reputasi itu sebenarnya bukan diri kita yang sebenarnya.
6.Orang Tua Ideal
Ini adalah tipe orang tua yang mendidik anaknya dengan tepat. Mereka memiliki ciri-ciri antara lain :
– Serius menjadi orang tua
Perlu disadari ayah dan ibu bukan orang tua. Kalau orang tua sudah tentu ayah dan ibu. Orang yang bijaksana adalah mereka tidak main-main atau setengah hati dalam mendidik anak-anak mereka. Seberapapun sibuknya mereka tetap meluangkan waktu untuk berbicara dan mendengarkan anak-anak mereka.
– Disiplin dan Kasih Sayang
Ini amat penting, sebab terlalu disiplin hanya akan menimbulkan luka batin pada si anak. Sebaliknya terlalu mengasihi akan menimbulkan sikap manja yang membuat si anak menjadi lembek.
– Mendidik dengan contoh
Orang tua ideal adalah mereka mendidik anaknya bukan hanya dengan kata-kata, tetapi lebih utama dengan contoh atau teladan. Kalau mereka ingin anak mereka murah hati, mereka mempraktekkan hidup yang murah hati.
– Pentingnya menghormati otoritas
Orang tua yang ideal menerapkan rasa hormat pada yang lebih tinggi. Urutannya adalah sebagai berikut : pertama Tuhan, kedua orang tua, ketiga anak-anak. Dengan menerapkan rasa hormat pada otoritas, orang tua mengajar anak untuk tahu aturan dan menghormati mereka-mereka yang lebih tua serta pantas untuk dihormati. Dikemudian hari hal ini akan menghasilkan anak yang taat aturan dan hukum, bukan anak yang kacau. Menjadi orang tua ideal adalah panggilan tertinggi bagi sepasang suami istri. Kalau kita mendidik anak dengan benar, kita akan menuai generasi yang hebat di masa depan.